![]() |
GERD |
Prevalensi PRGE di Asia, termasuk Indonesia, relatif rendah dibanding negara maju. Di Amerika, hampir 7% populasi mempunyai keluhan heartburn, dan 20%-40% diantaranya diperkirakan menderita PRGE. Prevalensi esofagitis di negara barat berkisar antara 10%-20%, sedangkan di Asia hanya 3%-5% pertahun, terkecuali Jepang dan Taiwan yang mencapai 13-15% kasus pertahun. Tidak ada predileksi gender pada PRGE, laki-laki dan perempuan mempunyai risiko yang sama, namun insidens esofagitis pada laki-laki lebih tinggi (2:1-3:1), begitu pula Barrett's esophagitis lebih banyak dijumpai pada laki-laki (10:1). PRGE dapat terjadi di segala usia, namun prevalensinya meningkat pada usia diatas 40 tahun (Suzanna, 2014 parageraf ke dua)
DEFINISI
Gastroesofageal refluks disease adalah suatu keadaan dimana
terjadi disfungsi sfingter esofagus bagian bawah sehingga menyebabkan
regusgitasi isi lambung ke dalam esofagus, makanan yang kembali dari lambung ke
esofagus tersebut mungkin masuk kembali ke dalam lambung atau dikeluarkan melalui
mulut menyerupai muntah (Suraatmaja, 2010: 229 ).
Gastroesofageal refluk desiase adalah kembalinya isi lambung
ke esofagus atau lebih proksimal. Isi lambung tersebut bisa berupa asam
lambung, udara, maupun makanan (Muttaqin & Sari, 2011: 285).
Gastroesofagus refluks disease (GERD) adalah aliran balik
isi lambung ke esophagus atau kondisi kronis dengan eksaserbasi sering yang
mungkin mengakibatkan morbiditas yang signifikan sepanjang waktu jika tidak
diatasi dengan tepat (Black & Hawks, 2014: 81).
ETIOLOGI
Black & Hawks (2014: 81) mengungkapkan bahwa penyebab
GERD sampai saat ini tidaklah jelas. Material refluks menyebabkan mekanisme
pertahanan mukosa esophagus natural menjadi dipenuhi oleh paparan asam klorida,
enzim pankreatis, dan pepsin. Jika LES (Lower Esophageal Sphincter) dipengaruhi
oleh obat-obatan, hernia hiatus atau tekanan abdomen (karena kehamilan atau
obesitas), maka paparan material refluks mungkin bertambah. Para peneliti juga
telah menduga bahwa gangguan motilitas seperti relaksasi LES yang tidak tepat dan
tertundanya pengosongan lambung adalah penyebabnya.
Relaksasi LES dirangsang oleh penelanan ketika berfungsi
dengan normal. Relaksasi LES dipengaruhi oleh fungsi batang otak yang
diperantarai oleh nervus vagus. Dengan adanya GERD, gerakan peristaltik LES
menghilang sedikit demi sedikit, sehingga menghilangkan penghalang untuk
refluks. Pencetus umumnya terjadi relaksasi LES adalah konsumsi makanan seperti
kaferin, alkohol, pepermin, makanan pedas atau makanan yang digoreng, coklelat
dan tomat. Obat yang mempengaruhi fungsi LES meliputi antikolenergik, beta
bloker, estrogen, progesterone, penghambat kanal kalsium dan nitrat.
Faktor resiko GERD lainnya termasuk gaya hidup seperti
alkoholisme, merokok, diet tinggi lemak dan obesitas juga kehamilan dan
berbaring dengan posisi terlentang ketika lambung penuh. Penyebab tertundanya
motilitas lambuang adalah gangguan endokrin (diabetes mellitus, hipotiroidesme)
sementara gangguan autoimun (skleroderma dan gangguan neuromuscular (sclerosis
multiple, penyakit Parkinson) berhubungan dengan dismotilitas esophagus. Usia
dan jenis kelamin adalah variabel penting karena orang tua dan laki-laki
memiliki 3 sampai 5 kali resiko lebih besar berkembangnya esophagus barret dan
adenokarsinoma esophagus (Black & Hawks, 2014: 81).
0 komentar:
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH DENGAN BIJAK By. Ludiana, M.Kes