|
BRONKITIS |
Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan sumber daya manusia dalam mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Berbagai transisi yang ada, baik transisi demografik, sosio-ekonomi maupun epidemiologi telah menimbulkan pergeseran-pergeseran, termasuk bidang kesehatan. Angka kematian menurun dan usia harapan hidup secara umum makin panjang, pola penyakit dan penyebab kematian telah berubah. Penyakit menular yang selalu menjadi penyebab kesakitan dan kematian utma mulai bergeser dan digantikan oleh penyakit tidak menular, salah satunya adalah penyakit pada saluran pernapasan yaitu bronkitis (Rinaldi, 2013).
Bronkitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakhea oleh berbagai sebab. Bronkitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratroy Syncitial virus (RSB), virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli (campak), pertusis (batuk rejan), dan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Penyebab bronkhitis lainnya bisa juga oleh bakteri seperti Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophylus influenzae. Selain itu, bronkhitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur (Muttaqin 2008: 117).
Menurut World Health Organization (WHO) bronkitis kronis merupakan jenis penyakit yang dekat dengan chronic obstructive pulmonary disease (CORD) ataupun penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Saat ini, penyakit bronkitis diderita oleh sekitar 64 juta orang di dunia. Penggunaan tembakau, polusi udara dalam ruangan/luar ruangan dan debu serta bahan kimia adalah faktor resiko utama (WHO, 2015).
Di Amerika Serikat prevalensi rate untuk bronkitis kronik adalah berkisar 4,45% atau 12,1 juta jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan 293 juta jiwa. Sedangkan ekstrapolasi (perhitungan) tingkat prevalensi bronkitis kronik di Mongolia berkisar 122.393 orang dari populasi perkiraan yang digunakan adalah berkisar 2.751.314 juta jiwa. Untuk daerah ASEAN, negara Thailand salah satu negara yang merupakan angka ekstrapolasi tingkat prevalensi bronkitis kronik yang paling tinggi yaitu berkisar 2.885.561 jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan sebesar 64.865.523 jiwa, untuk negara Malaysia berada di sekitar 1.064.404 dari populasi perkiraan yang digunakan sebesar 23.552.482 jiwa (Rinaldi, 2013).
Angka kejadian bronkitis di Indonesaia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, bronkitis merupakan salah satu bagian dari penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan dari keduanya (PDPI, 2013). Menurut Rinaldi (2013) di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien PPOK dengan prevalensi 5,6%. Angka ini bisa meningkat dengan makin banyaknya jumlah perokok karena 90% pasien PPOK adalah perokok atau mantan perokok.
Bronkitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakhea oleh berbagai sebab. Bronkitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratroy Syncitial virus (RSB), virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli, pertusis, dan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Penyebab bronkhitis lainnya bisa juga oleh bakteri seperti Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, Haemophylus influenzae. Selain itu, bronkhitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur (Muttaqin 2008: 117).
DEFINISI
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan laringotrakeobronkitis. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik, misalnya pada morbili, pertusis, difteri dan tipus abdominalis. Bronkitis kronis menunjkkan kelainan pada bornkus yang sifatnya menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri. Bronkitis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus takeobronkial yang berlebihan, sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dengan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut (Somantri, 2009: 57).
Bronkitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkiolus menggangu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentang terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan (Smeltzer & Bare, 2002: 600).
ETIOLOGI
Terdapat tiga jenis penyebab bronkitis, yaitu
sebagai berikut:
a. Infeksi,
seperti Staphylococcus, Sterptococcus, Pneumococcus, Haemophhilus influenzae.
b. Alergi
c. Rangsangan, seperti
asap yang berasal dari pabrik, kendaran bermotor, rokok, dan lain-lain.
Bronkitis kronis bisa menjadi komplikasi kelainan patologik yang mengenai
beberapa organ tubuh, yaitu sebagai berikut:
1) Penyakit jantung menahun,
baik pada katup maupun miokardium. Kongesti menahun pada dinding bronkus
melemahkan daya tahannya, sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
2) Infeksi sinus paranasalis
dan rongga mulut, merupakan sumber bakteri yang dapat menyerang dinding bronkus
3) Dilatasi bronkus
(broniektasis), menyebabkan gangguan pada susunan dan fungsi dinding bronkus
sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
4) Rokok, dapat menyebabkan
kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkus sehingga drainase lendir
terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri.
(Somantri, 2009: 58)